Monday, March 26, 2012

BAB 3 Manusia Dan Penderitaan


1.       Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya


banyak kelebihan dibandingkan dengan mahlulc ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya clan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang mempethatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Hal itu misalnya dalam surat Al.Insyiqoq:6 (q) dinyatakan "manusia ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia hams bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak bole h lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu karena kesalahaunya sendiri.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan "resiko" karena seseorang mau'hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.


 2. Artikel Penderitaan


Saya ingat sewaktu masih menjadi siswa SMA di Cirebon, sekitar 22 tahun yang lalu, di saat liburan saya pernah beberapa kali mendaki Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Setelah jam 6 sore saya biasanya memulai pendakian dari satu desa terpencil di lereng Gunung Ciremai. Selama perjalanan melewati medan yang cukup sulit buat orang awam (apalagi di musim hujan) dalam kesunyian, gelap gulita, kedinginan, saya harus waspada saat menembus hutan lebat yang masih alami.
Tak jarang saya harus mencari-cari jalan, naik pohon, melintasi pinggir jurang atau melewati jalan-jalan yang cukup sulit karena memang tidak ada jalan buatan manusia. Yang ada hanya jalan yang secara alami terbentuk dari aliran air hujan menuju bawah gunung.
Dalam perjalanan, saya sering berpikir bahwa betapa enaknya kalau saat itu saya berada di rumah saja. Santai di sofa, menonton TV ditemani makanan yang hangat. Sangat kontras dengan keadaan saya saat itu. Mengapa saya bersusah payah mendaki gunung? Lelah, sunyi, gelap, dingin, belum lagi kadang pikiran saya terusik dengan berbagai cerita kejadian magis di gunung ini (saya sendiri pernah mengalaminya).
Belum lagi, berita di media massa tentang beberapa pendaki yang hilang, bahkan tewas di gunung yang sedang saya daki ini. Sampai di puncak Gunung Ciremai biasanya sekitar jam 6 pagi jika terus berjalan sepanjang malam. Di puncak Gunung Ciremai, saya hanya sebentar saja menikmati pemandangan luar biasa yang memang "tidak bisa di lihat dari tempat lain" dan memetik bunga Edelweiss secukupnya sebagai oleh-oleh yang biasanya diminta oleh teman-teman sekolah.
Perasaan puas timbul saat sampai di dataran tertinggi di puncak gunung. Bukan karena berhasil menaklukkan puncak Gunung Ciremai atau berhasil berdiri di tempat paling tinggi di Jawa Barat. Tetapi, karena saya berhasil menaklukkan penderitaan, ketakutan, kedinginan, kesunyian, keengganan, dan berbagai hambatan dalam diri saya supaya dapat naik ke puncak gunung ini. Saat saya sudah kembali berada di rumah, selalu muncul keinginan untuk mendaki Gunung Ciremai lagi (bahkan sampai sekarang).
Hal yang paling membuat saya ingin kembali lagi adalah karena saya menikmati proses perjuangan (dengan segala penderitaannya) dalam perjalanan menuju puncak Gunung Ciremai selama kurang lebih 10 jam mendaki, ditambah 9 jam turun gunung, lebih daripada menikmati keberhasilan berada di puncak gunung yang hanya setengah jam.
Saya berkesimpulan bahwa menikmati proses perjuangan jauh lebih nikmat daripada menikmati hasil. Mari kita nikmati "proses perjuangan menuju keberhasilan", lebih daripada menikmati "keberhasilan" itu sendiri. Apa pun kondisi Anda saat ini, hidup anda akan terasa lebih nikmat kalau Anda menikmati proses perjuangan Anda.

Sumber :  http://www.andriewongso.com/awartikel-1266-Artikel_Anda-Nikmatnya_Penderitaan

3. Pendapat

Sekarang adalah sesi Pendapat, Yap disini saya akan berpendapat tentang penderitaan menurut saya.
Ya dari katanya saja udah bisa diartikan sama anda kayanya kata itu tragis, takut kita alami, dan gimana gitu. Siapa sih yang ingin punya penderitaan? tapi jangan salah dengan kata " Penderitaan " yang konotasinya buruk ditelinga kita. Ingat Pepatah saya mengatakan belajarlah dari pengalaman, yap anggep aja penderitaan itu adalah pembelajaran karena gak semua orang itu menderita orang bilang hidup bagai roda yang berputar nah anggep aja kalo kita dapet penderitaan kita lagi dibawah roda tuh. Jangan takut sama apa yang kita derita, karena banyak rahasia yang tuhan berikan buat kita dari penderitaan itu. Kalo kita mengambil hikmahnya pasti banyak bangetkan yang bisa kita ambil, mulai dari melatih kesabaran kita, mendekatkan diri pada tuhan, dan berpikir untuk mencari jalan keluar dari penderitaan itu. Dan sebagai teman yang mempunyai kawan yang sedang menderita cobalah untuk ngga ngejauhin, coba untuk rangkul dia agar tidak merasa minder atau terpuruk dalam penderitaan yang dia alami, toh gak ada salahnya ngebantu temen, walau pun gak di bales sama dia mungkin akan di bales sama tuhan suatu hari nanti. So, jangan jadikan penderitaan itu background hidup kita dan berusaha walau pun kita mengalami penderitaan karena tuhan gak mungkin ngasih penderitaan lebih dari tenaga yang kita punta untuk keluar dari penderitaan itu.

0 comments:

Post a Comment